Ibu Ramintje dan anyaman Dayak dalam ulasan Kompas
Mrs. Ramintje and woven Dayak in Compass review
Pada bulan Juli 2014 yang lalu penulis berkesempatan untuk pulang ke
Palangkaraya dan melakukan beberapa ekspedisi kebudayaan, salah satunya
ialah bertemu salah satu pengayam asli Dayak Ngaju yang tersisa yaitu
Ibu Ramintje. Ibu Ramintje ini masih mampu mengayam motive-motive Dayak
yang asli bahkan tidak hanya mampu mengayam beliau juga tidak sungkan
untuk membagikan ilmu dan pengetahuannya. Dimana pada masa lampau
pengetahuan mengenai motive dan teknik anyaman ini adalah suatu yang
rahasia bahkan diantara sesama saudara.
Pada masa lalu wanita yang piawai mengayan akan menjadi wanita yang sangat diidolakan oleh semua pria. Ibu Ramintje juga pada tahun 1960 telah menuliskan sebuah buku yaitu MOTIVE DARE (Anyaman) Khas Kalimantan Tengah, namun memang sayang tulisan ini hanya masih terbatas tulisan tangan dan gambaran tangan beliau saja.
Ibu Ramintje juga tidak hanya mampu mengayam motive-motive tradisional Dayak tetapi juga motive kontemporer sesuai keinginan pemesannya salah satunya ialah motive yang dibuatnya YESUS BERDOA ada juga pesana orang Jerman yaitu motive ORANG HUTAN ada juga bentuk-bentuk lain, seperti tas, tempat korek api, dan tempat tisu.
Begitu pula motif, ia membuat kreasi baru, dari bunga mawar, pemburu, hingga kaligrafi huruf arab. Ibu Ramintje ini tidak hanya mengayam tetapi juga terlibat dalam pembudidayaan rotan – sebab tidak semua jenis rotan dapat dijadikan anyaman yang bagus.
Ibu Ramintje ini juga melalangbuana untuk memperkenalkan budaya Dare
(Anyaman) Khas Kalimantan Tengah diantaranya ke Spanyol (1996), Jepang
(2009), Australia (2007), dan Jerman (2008), baik itu sekadar studi
banding maupun mengikuti pameran. Dengan kepiawaiannya ini ia mampu
menyekolahkan dan membiayai kehidupan keluarganya.
Salah satu anaknya telah mewarisi keahlian ibundanya walau masih belum sefasih ibunya ini. Tetapi memang keahlian seperti ini sudah banyak ditinggalkan anak muda Dayak – keahlian ini harus kembali dibangkitkan dan dibukukan supaya anak-anak muda Dayak tidak kehilangan kebudayaan ini dan akan muncul ramintje-ramintje yang lainnya.
Sumber: http://folksofdayak.wordpress.com/2014/08/04/bertemu-pengayam-dayak-ngaju-yang-tersisa/
Pada masa lalu wanita yang piawai mengayan akan menjadi wanita yang sangat diidolakan oleh semua pria. Ibu Ramintje juga pada tahun 1960 telah menuliskan sebuah buku yaitu MOTIVE DARE (Anyaman) Khas Kalimantan Tengah, namun memang sayang tulisan ini hanya masih terbatas tulisan tangan dan gambaran tangan beliau saja.
Ibu Ramintje
Icha dengan hasil kerajinan Ibu Ramintje
Ibu Ramintje juga tidak hanya mampu mengayam motive-motive tradisional Dayak tetapi juga motive kontemporer sesuai keinginan pemesannya salah satunya ialah motive yang dibuatnya YESUS BERDOA ada juga pesana orang Jerman yaitu motive ORANG HUTAN ada juga bentuk-bentuk lain, seperti tas, tempat korek api, dan tempat tisu.
Begitu pula motif, ia membuat kreasi baru, dari bunga mawar, pemburu, hingga kaligrafi huruf arab. Ibu Ramintje ini tidak hanya mengayam tetapi juga terlibat dalam pembudidayaan rotan – sebab tidak semua jenis rotan dapat dijadikan anyaman yang bagus.
Salah satu anaknya telah mewarisi keahlian ibundanya walau masih belum sefasih ibunya ini. Tetapi memang keahlian seperti ini sudah banyak ditinggalkan anak muda Dayak – keahlian ini harus kembali dibangkitkan dan dibukukan supaya anak-anak muda Dayak tidak kehilangan kebudayaan ini dan akan muncul ramintje-ramintje yang lainnya.
Sumber: http://folksofdayak.wordpress.com/2014/08/04/bertemu-pengayam-dayak-ngaju-yang-tersisa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar